Ujian yang Sesungguhnya

Nancy-e1505839780568-768x576

Teman-teman, nama saya Nancy
Dulu, saya tidak memahami apa makna sadar yang sesungguhnya.
Ketika sedang marah atau langsung bereaksi terhadap sesuatu, kita dikatakan dalam kondisi tidak sadar, ini tidaklah begitu saya pahami.
Saya berpikir ketika saya marah, saya sadar kok saya sedang marah dan marah sama siapa, kenapa bisa dikatakan tidak sadar.

Lalu akhirnya saya mengambil kesempatan bermeditasi di Vihara Bodhigiri, Balerejo. Sebelumnya saya tidak pernah latihan meditasi. Duduk meditasi lima menit pun rasanya juga tidak mungkin. Tapi karena keinginan yang kuat untuk mau belajar, maka saya paksakan diri saya untuk daftar dan langsung beli tiket (biar alasan untuk batalnya berkurang ? )

Sebelum saya berangkat banyak sekali halangan, terutama dari orang sekeliling yang saya tau saat itu hanya karena mereka peduli pada anak-anak saya. Halangan dari pribadi saya yang paling dahsyat adalah, mendekati sebelum berangkat saya kena flu perut. Saya paksakan tetap ikut. Ternyata pas sampai di Vihara Bodhigiri Balerejo sakit itu malah sembuh. Hari berikutnya saya ganti sakit batuk, amat sangat luar biasa. Tapi saya mau terus bertahan. Saya mau menyelesaikan apa yang sudah saya putuskan. Untungnya keinginan kuat tersebut membuat saya bisa terus berlatih meditasi sampai di hari terakhir dan ini membuat saya amat sangat bahagia. Saya mengalami apa yang disebut “mengalahkan diri sendiri”

Apa yang dikatakan Bhante Uttamo benar sekali bahwa ujian meditasi yang sesungguhnya justru ada di kehidupan sehari-hari.
Beberapa waktu setelah kembali kekehidupan sehari-hari, apa yang saya alami sungguh sangat luar biasa.

Saya sedang dalam perjalanan di mobil bersama suami dan ketiga anak saya. Saat itu baru beberapa bulan saya mengganti HP saya. Anak saya yang paling kecil yang berusia tiga tahun memegang dan memainkan HP saya. Tiba-tiba HP saya dilempar dan HP tersebut langsung pecah dan mati.

Dulu biasanya kalo ada kejadian seperti itu reaksi spontan saya adalah langsung marah, keluar ucapan-ucapan keras dan kasar serta amat sangat mungkin saya memukul (reaksi semacam ini terjadi akibat pengalaman masa kecil saya sendiri. Saya ga suka tapi saya seperti ga bisa mengontrolnya. Saya melakukan kembali kekerasan kepada anak-anak sebagaimana yang saya pernah alami waktu kecil dulu)

Namun hal luar biasa yang terjadi saat itu ternyata saya bisa merasakan emosi marah di dalam diri saya perlahan mulai naik. Seluruh tubuh saya makin menegang dan keras, kepala saya terasa sakit dan kencang, kata-kata kasar sudah terasa mau keluar dari mulut, tangan yang keras terasa sudah mau memukul, berbagai macam pikiran kekhawatiran akan data-data di HP, berbagai bentuk kekesalan dll muncul semua hampir dalam waktu yang bersamaan. Saya seperti melihat film yang dipelankan beberapa kali, slow motion, terasa semua berjalan lambat dan saya bisa mengamatinya satu persatu.

Tidak lama kemudian keluar satu gambaran pikiran tentang saya pernah ke vihara dan mendengar sharing Dhamma tentang anicca atau ketidakkekalan. Ada Romo yang bercerita saat dia berkunjung ke rumah temannya dan melihat anak temannya yang berusia tiga tahun saat itu masih sehat begitu happy begitu senang bermain, Namun, tiba-tiba besok sorenya dia dikabari kalo anak tersebut meninggal.

Gambaran pikiran ini membuat saya stop dan akhirnya memilih gambaran cerita tersebut dan saya akhirnya memutuskan untuk bersyukur bahwa anak saya masih hidup. Untung HP saja yang rusak dan mati. Seluruh tubuh saya yang tadinya tegang dan keras jadi melunak dan lemas seperti tersiram sesuatu, pikiran-pikiran negatif dan kekhawatiran tadi hilang semuanya. Saya lalu memeluk anak saya.

Kemudian saya bertanya kepada suami saya, tadi saya diam begitu berapa lama. Kata suami saya, ga lama kok seperti biasa saja. Disinilah saya baru menyadari bahwa ternyata pikiran itu amat sangat luar biasa. Dalam sepersekian detik keluar begitu banyak bentuk pikiran. Belakangan ketika keluar film MATRIX ternyata saya mengalami kondisi seperti cerita dalam film tsb ?
Inilah yang dimaksud dengan apabila kita membiarkan pikiran-pikiran tersebut mempengaruhi reaksi kita tanpa dipilih, maka akibat kondisi ketidaksadaran itu tentu dapat menimbulkan penyesalan berkepanjangan.

Saya merasakan kelegaan yang luar biasa.

Terima kasih.
Terima kasih.
Terima kasih.
Saya amat bersyukur dapat melewati pembelajaran dan ujian kehidupan ini.

???

  • Desember 23, 2017
Lewat ke baris perkakas